Kamis, 06 Juni 2013

Hati Kecil Ini


Apa kabarmu saat ini sayang ? cukup kah sapaanku mengusap rindumu padaku sekarang ? jangan tanya kabarku, karena jawabanku pun tak akan asing ditelingamu. Ya, memikirkanmu. Lalu bagaimana denganmu disana ? tentu tidak ! Terlalu sibuk untukmu kalau hanya sekedar memikirkanku. Ah . Berharap apa aku ini .. Terlalu tinggi dan siap sewaktu-waktu terjatuh dan cukup terpanting keras. Kamu bisa sewaktu-waktu meninggalkanku, seperti katamu beberapa hari yang lalu. Lalu apa yang membuatmu melihatku kembali pada saat itu ? Membutuhkanku ? Apa arti hadirku untukmu hanya sekedar ‘butuh’ ? Ada semacam zat adiktif yang membuatku membuka lengan untuk menerima pelukanmu kembali. Ada semacam racun yang perlahan-lahan menggerogoti sistem imunsku saat ini. Terlalu sering aku menangis, menghadirkanmu didalam otakku di setiap langkah , bukan hal mudah ! Aku saat ini sakit sayang .. jangan berpikir ini murni karenaku sendiri , tapi perkataan kasarmu yang mengendap dan mengeras di hatiku menciptakan penyakit baru yang sulit aku buang. Aku memang tak akan mengabarimu perihal sakitku, karna aku takut akan membuatmu menjauhiku. Aku takut amarahmu. Aku takut ketidakpedulian yang akan kau ciptakan terhadapku. “jangan kasar-kasar lagi, tak hanya membuatku takut tapi juga akan menyakitiku, kumohon , aku sudah rapuh karenamu”. Pernah mendengarnya dariku kan ? tapi kau tetap mengulang lagi dan lagi, bahkan semakin liar. Dulu kamu tak seperti ini. Dulu aku tak sesakit ini. Sekarang meski sudah kau dengar kata maaf dariku , itu takkan mengurangi emosimu. Dan aku .. cukup tersiksa.
Aku sakit sayang , bahkan saat menulis ini aku melemah , semakin lemah ketika aku tahu kamu sedang bersama wanita lain. Mual. Dingin. Pucat. Tak apa, ini ulahku sendiri , biar ini resiko yang aku tanggung sendiri pula. Ya . Silakan berpikir demikian dengan alasan kau tak memintaku untuk begini. Tapi aku takut untuk menemuimu setelah ini. Aku takut tak bisa membuatmu bahagia. Aku takut membuatmu merasa sia-sia sudah menemuiku jika yang kau lihat hanya kediamanku, hanya kekusutan wajahku, bahkan untuk membelai rambutmu saja sangat sulit. Takut melihat wajah malasmu menemuiku lagi, aku takut akan ada amarah-amarahmu setelah ini. Aku takut tak berdaya di depanmu ..
Maaf sayang.. bonekamu sakit .. pandangannya berkunang-kunang, sayu , lemah, dan , semua berubah menjadi gelap.