Apa kabarmu saat ini sayang ? cukup kah sapaanku mengusap
rindumu padaku sekarang ? jangan tanya kabarku, karena jawabanku pun tak akan
asing ditelingamu. Ya, memikirkanmu. Lalu bagaimana denganmu disana ? tentu
tidak ! Terlalu sibuk untukmu kalau hanya sekedar memikirkanku. Ah . Berharap
apa aku ini .. Terlalu tinggi dan siap sewaktu-waktu terjatuh dan cukup
terpanting keras. Kamu bisa sewaktu-waktu meninggalkanku, seperti katamu
beberapa hari yang lalu. Lalu apa yang membuatmu melihatku kembali pada saat itu
? Membutuhkanku ? Apa arti hadirku untukmu hanya sekedar ‘butuh’ ? Ada semacam
zat adiktif yang membuatku membuka lengan untuk menerima pelukanmu kembali. Ada
semacam racun yang perlahan-lahan menggerogoti sistem imunsku saat ini. Terlalu
sering aku menangis, menghadirkanmu didalam otakku di setiap langkah , bukan
hal mudah ! Aku saat ini sakit sayang .. jangan berpikir ini murni karenaku
sendiri , tapi perkataan kasarmu yang mengendap dan mengeras di hatiku
menciptakan penyakit baru yang sulit aku buang. Aku memang tak akan mengabarimu
perihal sakitku, karna aku takut akan membuatmu menjauhiku. Aku takut amarahmu.
Aku takut ketidakpedulian yang akan kau ciptakan terhadapku. “jangan
kasar-kasar lagi, tak hanya membuatku takut tapi juga akan menyakitiku, kumohon
, aku sudah rapuh karenamu”. Pernah mendengarnya dariku kan ? tapi kau tetap
mengulang lagi dan lagi, bahkan semakin liar. Dulu kamu tak seperti ini. Dulu
aku tak sesakit ini. Sekarang meski sudah kau dengar kata maaf dariku , itu
takkan mengurangi emosimu. Dan aku .. cukup tersiksa.
Aku sakit sayang , bahkan saat menulis ini aku melemah ,
semakin lemah ketika aku tahu kamu sedang bersama wanita lain. Mual. Dingin.
Pucat. Tak apa, ini ulahku sendiri , biar ini resiko yang aku tanggung sendiri
pula. Ya . Silakan berpikir demikian dengan alasan kau tak memintaku untuk
begini. Tapi aku takut untuk menemuimu setelah ini. Aku takut tak bisa
membuatmu bahagia. Aku takut membuatmu merasa sia-sia sudah menemuiku jika yang
kau lihat hanya kediamanku, hanya kekusutan wajahku, bahkan untuk membelai
rambutmu saja sangat sulit. Takut melihat wajah malasmu menemuiku lagi, aku
takut akan ada amarah-amarahmu setelah ini. Aku takut tak berdaya di depanmu ..
Maaf sayang.. bonekamu sakit .. pandangannya berkunang-kunang,
sayu , lemah, dan , semua berubah menjadi gelap.