Untukmu, pria yang menawan.
Bagai sebuah pelabuhan, tempatku pada akhirnya berpulang.
Tanpamu kapal-kapal rentetan kata hati ini akan terombang-ambing di tengah
lautan, yang tak tahu kemana arah lajur gelombang. Tempatku menjadikanmu untuk
sebuah alasan, atas penantian yang sebelumnya seakan mengambang. Gambaran nyata
sosokmu hadir dalam rengkuhan, yang tak lagi hanya menjadi sebuah rapalan
tangan dalam ceritaku untuk berjuang.
Sayangku, pria yang rupawan.
Terimakasih untuk semua cinta yang masih aku anggap sebuah
kejutan. Terimakasih telah meluapkan segala perasaan. Terimakasih atas tulusnya
cinta yang mengikat pada keikhlasan. Terimakasih atas cerita-cerita kecil yang
terpasung menciptakan sebuah harapan.
Selamat tanggal sepuluh pertama, detik indah kata-kata
pengikatku bersamamu meluap bersama desir angin malam kala itu yang membawa
serta hatiku melayang di udara, atas dasar namaku dan namamu, atas dasar hatiku
dan hatimu. Sertakan kisah ini menjadi sejarah romansa asmara yang terlukis di
langit Tuhan, membawa ikatan kita menjajaki waktu untuk masa yang akan lama.
Semoga. Aamiin.
Semarang, 10 Juni 2014
Bersama aroma wangi tubuhmu,
Nur Fikasari