Kamis, 21 Februari 2013

Ini Boneka dan Luka darimu


Manis memang , ketika kedua tawa itu melebur mencerminkan dunia berhak bahagia, ketika air mata yang tercurah terusap dengan jari yang begitu lembut dan terdengar sayup suara : “kamu bisa ! jangan pernah menyerah arungi hidupmu, biarkan ini pahit dahulu dan manis kemudian akan kau petik. Lihatlah dirimu bintangku, kamu wanita kuat. Bahkan hatiku saja tak sekuat hatimu. Sabar sayang, kau tak sendiri, ada aku, ada pundakku yang mau menerima tangisanmu.”
Sempat aku berteriak, dimana kamu yang dulu ? sesulit inikah kamu membaca keadaanku sekarang? Sayangnya, justru kamu menggores beling kaca yang tajam ke hatiku. Pergi. Dengan segenap luapan emosi yang tercermin dari raut mukamu, memalingkan ke wajah lain , tak peduli ada rintihan “aku merindukanmu”. Sungguh lirih rintihan itu, karna tak punya kekuatan berteriak keras, tak punya daya untuk merangkulmu kembali.
Bisa apa aku sekarang, melihat betapa buruk hubungan kita saat ini. Kau terlihat muak mendengarkan suaraku, kau terkesan jijik menatap wajah sayu ku. Aku menghitung jarak antara kita dalam keseharian, dulu hanya dua kaki , satu kaki, satu langkah , dan ... dekat. Sekarang ? 10 kaki lebih jauh, sebisamu semampumu lebih jauh !
Boneka macam apa yang sudah kau mainkan ini ? mau maunya dulu kau jadikan tempat bersandar, berbagi cerita , berbagi tangis dan kau bawa ia terbang setinggi-tingginya, lalu sekarang kau hempaskan , kau ludahi dan kau lupakan sedemikian apa saja yang sudah pernah kau korbankan untuknya, dan apa yang dia korbankan untukmu itu... sampah. Buang semua tentangnya ! buang saja ! toh kamu punya yang lebih segalanya dari boneka itu. Ada boneka barbie yang lebih menawan, lebih mengerti naluri lelakimu, dan boneka barbie itu takkan membuatmu malu kau bawa kemanapun.
Boneka yang remuk itu sudah tak mampu menangis. Sudah tak mampu mengeluh. Sudah tak mampu marah. Sudah tak mampu memberimu arti kembali. Sudah tak ada yang mau mengambil serpihan-serpihan dari reremukannya. Boneka remuk itu hanya mampu berdoa dalam suara lirih, “Tuhan, maafkan dia, Ampuni hamba yang masih saja memikirkannya,  Ampuni segala apa yang pernah terjadi diantara kita.. Jangan buat dia masuk dalam kehidupan yang sulit seperti hamba, jangan biarkan dia menangis karena cinta, entah suatu masa nanti. Jangan Kau beri karma , biar ini menjadi pembelajaran bagi hamba sendiri. Jangan pernah ia merasakan apa yang hamba rasa saat ini  . Dengarkanlah pintaku , Tuhanku Yang Maha Cinta”
Orang berkata, untuk apa kau perhatikan apa yang tidak memperhatikanmu ? untuk apa kau memintanya untuk mendengarmu sedang dia sudah asyik dengan kehidupannya sekarang? Untuk apa kamu berdoa sedang dia gencar berusaha menunjukkan pada semua orang bahwa kau ini barang menjijikkan ?
Tersadar akan pertanyaan itu , aku membuka mata. Dan aku tau, setidaknya aku sudah membuatmu  tersenyum, dan melalui akulah kamu bahagia saat ini.
Demikian karenamu, aku belajar untuk mengumpulkan serpihan boneka ini dan memperbaikinya, hingga sekiranya ada orang yang sudi mengambilnya dengan iba, mengasihinya, dan berjanji tak melukainya sama seperti apa yang telah kamu lakukan terhadapku .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar