Manis memang , ketika kedua tawa itu melebur mencerminkan
dunia berhak bahagia, ketika air mata yang tercurah terusap dengan jari yang
begitu lembut dan terdengar sayup suara : “kamu bisa ! jangan pernah menyerah
arungi hidupmu, biarkan ini pahit dahulu dan manis kemudian akan kau petik.
Lihatlah dirimu bintangku, kamu wanita kuat. Bahkan hatiku saja tak sekuat
hatimu. Sabar sayang, kau tak sendiri, ada aku, ada pundakku yang mau menerima
tangisanmu.”
Sempat aku berteriak, dimana kamu yang dulu ? sesulit inikah
kamu membaca keadaanku sekarang? Sayangnya, justru kamu menggores beling kaca
yang tajam ke hatiku. Pergi. Dengan segenap luapan emosi yang tercermin dari
raut mukamu, memalingkan ke wajah lain , tak peduli ada rintihan “aku
merindukanmu”. Sungguh lirih rintihan itu, karna tak punya kekuatan berteriak
keras, tak punya daya untuk merangkulmu kembali.
Bisa apa aku sekarang, melihat betapa buruk hubungan kita
saat ini. Kau terlihat muak mendengarkan suaraku, kau terkesan jijik menatap
wajah sayu ku. Aku menghitung jarak antara kita dalam keseharian, dulu hanya
dua kaki , satu kaki, satu langkah , dan ... dekat. Sekarang ? 10 kaki lebih
jauh, sebisamu semampumu lebih jauh !
Boneka macam apa yang sudah kau mainkan ini ? mau maunya
dulu kau jadikan tempat bersandar, berbagi cerita , berbagi tangis dan kau bawa
ia terbang setinggi-tingginya, lalu sekarang kau hempaskan , kau ludahi dan kau
lupakan sedemikian apa saja yang sudah pernah kau korbankan untuknya, dan apa
yang dia korbankan untukmu itu... sampah. Buang semua tentangnya ! buang saja !
toh kamu punya yang lebih segalanya dari boneka itu. Ada boneka barbie yang
lebih menawan, lebih mengerti naluri lelakimu, dan boneka barbie itu takkan
membuatmu malu kau bawa kemanapun.
Boneka yang remuk itu sudah tak mampu menangis. Sudah tak
mampu mengeluh. Sudah tak mampu marah. Sudah tak mampu memberimu arti kembali.
Sudah tak ada yang mau mengambil serpihan-serpihan dari reremukannya. Boneka
remuk itu hanya mampu berdoa dalam suara lirih, “Tuhan, maafkan dia, Ampuni
hamba yang masih saja memikirkannya,
Ampuni segala apa yang pernah terjadi diantara kita.. Jangan buat dia
masuk dalam kehidupan yang sulit seperti hamba, jangan biarkan dia menangis
karena cinta, entah suatu masa nanti. Jangan Kau beri karma , biar ini menjadi
pembelajaran bagi hamba sendiri. Jangan pernah ia merasakan apa yang hamba rasa
saat ini . Dengarkanlah pintaku ,
Tuhanku Yang Maha Cinta”
Orang berkata, untuk apa kau perhatikan apa yang tidak
memperhatikanmu ? untuk apa kau memintanya untuk mendengarmu sedang dia sudah
asyik dengan kehidupannya sekarang? Untuk apa kamu berdoa sedang dia gencar
berusaha menunjukkan pada semua orang bahwa kau ini barang menjijikkan ?
Tersadar akan pertanyaan itu , aku membuka mata. Dan aku
tau, setidaknya aku sudah membuatmu
tersenyum, dan melalui akulah kamu bahagia saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar