“aku lelah, aku lelah dengan segenap perasaan ini. Aku muak
menjadi pihak yang tersakiti”. Kata itu sering muncul dari hatiku.
Topeng-topeng yang berlalu-lalang seakan penuh dramatisasi yang tak ku
mengerti. Mereka dengan mudah menyembunyikan pisau setajam belati di punggung
mereka, dan mereka tutupi dengan berpura-pura menjadi malaikat bagi siapapun
orang dihadapannya. Padahal, pisau itu tergores darah segar yang baru saja
hinggap dari hatiku. Lalu, mereka putarbalikkan fakta seakan aku yang menyakiti
mereka. Inikah cara mereka hidup dan menemukan kebahagiaannya ?
Mereka yang kumaksud adalah kamu dan dia. Aku tak mengerti
sebab-musabab mengapa yang dulu dikata indah harus berubah dengan perasaan yang
mencekam ? mengapa kamu yang dulu begitu lembut dan mengerti ku kini
berubah menjadi zombie yang mengerikan
dan mencekikku ? mengapa yang dulu saling melengkapi kini menjadi saling
memusuhi ? Sedemikian kamu sekarang , melupakan apa yang kita korbankan dulu ,
apa yang kita sebut cinta , apa yang kita sebut “aku dan kamu itu kita”. Dulu
berwarna , sekarang kelabu. Dulu kita berbicara, sekarang membisu. Dulu
mendekat, sekarang menjauh. Dulu terasa hangat, sekarang membeku. Dulu tertawa,
sekarang menangis.
Hey? Menangis ? sekarang aku tak bisa menangisimu lagi.
Mengingat sedemikian kamu membenciku, mengingat sedemikian usahamu melupakanku,
mengingat sedemikian kejam kamu perlakukan aku, mengingat sedemikian dekat kamu
dengannya dihadapanku. Merasa cemburu pun tidak lagi kurasa. Aku takut ini yang
dikata , Tuhan mengambil cinta yang dulu dianugerahkan untuk kita. Tuhan ambil
kembali kebahagiaan kita. Tuhan jauhkan lagi kita seperti dulu saat kita belum saling mengenal. Lalu ,
mengapa Tuhan ambil segalanya apa yang berharga untukku ?
Tersadar akan itu, terbukalah mataku. Realita pahit ini
cambukan dari Tuhan untuk membuatku bangun. Membuatku paham betapa kerasnya
duniaku. Membuatku belajar memisahkan sikap mana yang benar-benar baik, atau
hanya sekedar simpatisme sesaat yang akan berubah menjadi musuh. Tuhan
mengirimku musuh, bukan berarti Tuhan memperumit keadaanku, iya kan ? Tuhan
memberiku musuh , karena Tuhan mendidikku untuk bangun. Berdiri dan lihat
kedepan bahwa jalan yang harus ku lalui begitu panjang. Bangun dan takkan takut
terjatuh lagi untuk membuatku hebat. Bertahan dengan rasa sakit yang menimpa
untuk menjadi orang yang kuat. Ya . Terima kasih musuh , melaluimu aku belajar
berdiri setelah kau jatuhkan aku berkali-kali. Melaluimu aku belajar untuk
mengubah hidupku menjadi pribadi yang kuat, dan merasa berkompetisi yang
membuatku berlatih untuk menjadi lebih baik.
Tuhan , ampuni orang yang pernah menyakitiku. Setidaknya
mereka pernah memberiku kebahagiaan, walau setelahnya mereka jatuhkan aku
perlahan. Setidaknya mereka pernah memikirkanku untuk mengalahkanku. Setidaknya
mereka pernah mengorbankanku demi kebahagiaan mereka sendiri. Setidaknya mereka
pernah menusukku perlahan dan setidaknya mereka pernah tertawa diatas
airmataku. Permudahkan jalan mereka untuk kembali mengingatMu, dan pelan-pelan
menjauhi laranganMu. Permudahkan hidup mereka di masa depan dengan tarik
kembali karmaMu yang telah Kau rancang untuk membalas perlakuan mereka.
Sadarkan mereka agar tidak memakan korban selanjutnya setelahku. Karena mereka
juga hambaMu, karena mereka juga ciptaanMu.
Tuhan , terimakasih atas lindunganMu. Terima kasih atas
tuntunanMu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar